Sabtu. 21 Juni 2025, Fakultas Psikologi dan Humaniora melaksanakan Seminar AIK dengan tema “ Kiprah Muhammadiyah: Menelusuri Kehidupan ber-Muhammadiyah di Indonesia, Malaysia, dan Jepang”. Fakultas Psikologi dan Humaniora menyelenggarakan kegiatan ini karena dianggap penting untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa maupun masyarakat secara umum tentang bagaimana kiprak Muhammadiyah di Indonesia, Malaysia, dan Jepang. Selain itu diharapkan peserta mampu mengkaji lebih dalam mengenai tantangan yang dihadapi serta kontribusi nyata yang telah diberikan di tingkat nasional maupun global.Terlebih bagi generasi muda, khususnya mahasiswa, momentum ini menjadi peluang untuk membangun komitmen moral dan intelektual dalam melanjutkan estafet dakwah dan pembaruan sosial yang telah dirintis oleh para pendahulu. Kegiatan ini juga merupakan salah satu program kerja yang mendukung kerja yang mendukung Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah Magelang. Peserta untuk kegiatan ini yaitu Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Magelang (Wajib), Sivitas akademika, dan masyarakat umum yang minat dalam Al-Islam Kemuhammadiyahan. Seminar ini dibuka oleh Wakil Rektor 4 Bapak Dr. Sigit Priyanto, M.Kep.
Sambutan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Humaniora
Sambutan dan Pembukaan oleh Wakil Rektor 4
Adapun pemateri pertama dalam seminar ini adalah Bapak Ahmad Liana Amrul Haq, M. Psi., Psikolog sebagai Dosen AIK (Al Islam dan Kemuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Magelang yang membawakan materi mengenai Kiprah Muhammadiyah di Indonesia. Bahwasanya Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, kota Yogyakarta. Guna pemurnian ajaran agama Islam dari unsur non syariah, pembahruan pemikiran, dan dakwah progresif.
Untuk pemateri ke dua yakni Ibu Annis Azhar Suryaningtyas, S.I.Kom., M.I.Kom sebagai Mahasiswa Doktoral UMAM (Universiti Muhammadiyah Malaysia) yang menyampaikan materi mengenai Kiprah Muhammadiyah di Malaysia. Dalam materi tersebut disampaikan bahwa Muhammadiyah berkembang di negeri Selangor, Kuala Lumpur, dan Putrajaya di tengah komunitas mahasiswa, akademisi, dan tenaga kerja di Indonesia. Kehidupan beragam disini bersifat rasional dan terbuka, cocok dengan corak Islam Modernis Muhammadiyah. Untuk negeri Perlis sendiri menjadi neger perlis menjadi negeri yang sangat potensidal dan mendukung pendekatan Muhammadiyah karena Lembaga keagamaannya seperti MAIPs mengedepankan pemahaman Islam yang berorientasi pada Al-Quran dan Sunnah yanpa fanatisme mahzab. Mufti Perlis, De. Maza sering menyuarakan pemikiran yang berisikan dengan visi muhammdiyah seperti purifikasi ajaran.
Pemateri ke tiga disampaikan oleh Bapak Tendra Istanabi,S.T.,M.URP yakni Ketua Majelis Pendidikan Kader PCIM Jepang sekaligus Dosen Universitas Sebelas Maret. Agama di Jepang Di Jepang, agama lebih bersifat budaya dan tradisi, bukan komitmen teologis yang eksklusif seperti di Barat atau dunia Islam Agama yang dipeluk penduduk Jepang adalah Shintoisme (48%), lalu Budha (46%), lalu Kristen (1,1%) dan agama lain (4%). Pemeluk agama Islam berada dalam 4 persen ini bersama dengan Baha’i, Hindu, dan Judaisme (O’Neill, 2024). Pada hari Ahad 28 Rajab 1428 atau Minggu 12 Agustus 2007, bertempat di Sekretariat JMA (Japan Muslim Assosiation) Yoyogi, Tokyo. Warga Muhammadiyah di Jepang mendirikan Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jepang sebagai wadah gerakan dakwah warga Muhammadiyah di Jepang dan juga untuk memperkenalkan “Islam berkemajuan” pada Masyarakat Jepang. Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Jepang (PCIM Jepang) resmi berdiri pada tanggal 8 Mei 2008, ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 83/KEP/I.0/B/2008 Tanggal 08 Jumadal Ula 1429 H / 08 Mei 2008 M.